Emporio.my.id-
BAHAYA Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti semakin meningkat saat musim hujan. Nyamuk ini membawa virus Dengue yang dapat menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, langkah pencegahan seperti menjaga kebersihan lingkungan dan melaksanakan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus sangat penting untuk dilakukan.
Namun, angka bebas jentik di Kabupaten Rembang masih terbilang rendah. Kondisi ini semakin diperburuk dengan munculnya fenomena resistensi nyamuk terhadap insektisida.
Resistensi ini muncul akibat penggunaan insektisida secara berlebihan dan tidak terkontrol, termasuk melalui praktik fogging mandiri yang dilakukan oleh masyarakat tanpa pengawasan ahli.
Fenomena Resistensi Nyamuk terhadap Insektisida
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang Maria Rehulina menjelaskan bahwa fogging memang menjadi salah satu metode pengendalian nyamuk dewasa.
Namun, penggunaan insektisida yang tidak tepat dapat menyebabkan nyamuk menjadi kebal terhadap bahan kimia tersebut.
“Masyarakat sering memilih fogging sebagai solusi cepat, padahal ini bisa memicu resistensi nyamuk terhadap insektisida. Jika resistensi terjadi, upaya pengendalian nyamuk akan menjadi lebih sulit,” ujar Maria dalam rapat koordinasi Pokjanal DBD yang dikutip dari Dinas Kesehatan Rembang, Minggu (15/12).
Ia juga menambahkan bahwa penggunaan insektisida yang tidak rasional bisa mengurangi efektivitas fogging yang dilakukan secara resmi oleh Dinas Kesehatan.
“Beberapa tahun lalu, kami sempat mengganti jenis insektisida karena nyamuk sudah kebal akibat penggunaan insektisida secara sembarangan oleh masyarakat,” jelas Maria.
Dampak Buruk Fogging Mandiri bagi Pengendalian DBD
Fenomena resistensi nyamuk terhadap insektisida sudah terbukti melalui pemeriksaan laboratorium.
Sampel nyamuk dan jentik diambil dari beberapa wilayah di Kabupaten Rembang seperti Kecamatan Rembang, Sluke, dan Pamotan.
Hasilnya menunjukkan bahwa nyamuk di wilayah tersebut telah mengembangkan kekebalan terhadap insektisida yang digunakan dalam program pengendalian resmi.
Solusi Utama: PSN 3M Plus dan Fogging Terfokus
Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang menegaskan bahwa solusi utama dalam penanggulangan DBD tetap pada upaya PSN 3M Plus.
Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
- Menguras tempat penampungan air
- Menutup rapat wadah air
- Mendaur ulang barang bekas
- Menggunakan kelambu atau lotion anti nyamuk
Selain itu, fogging tetap dilakukan namun dengan metode yang terfokus. Fogging harus dilaksanakan dalam dua siklus dengan interval satu minggu dan radius penyemprotan mencapai 100 meter.
“Interval satu minggu diperlukan untuk membunuh nyamuk dewasa yang baru menetas. Larvasidasi juga tetap harus dilakukan untuk membasmi jentik,” jelas Maria.
Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan DBD
Menurut Maria, keberhasilan pencegahan DBD tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga pada partisipasi aktif masyarakat. Edukasi mengenai bahaya fogging mandiri dan pentingnya PSN 3M Plus harus terus digencarkan.
“Kami mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan insektisida dan memperkuat kebiasaan hidup bersih. Dengan begitu, kita bisa mencegah nyamuk menjadi kebal dan meminimalkan risiko DBD,” pungkasnya. (Z-10)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/humaniora/726454/bahaya-fogging-mandiri-ternyata-memicuresistensi-nyamuk