Emporio.my.id-
Cilacap –
Di Pantai Widarapayung, Cilacap ada kuliner peyek khas yang mungkin bikin kamu bergidik ngeri usai melihatnya. Namanya peyek yutuk yang dibuat dari undur-undur laut yang sekilas mirip kecoa!
Berwisata ke Pantai Widarapayung, Kabupaten Cilacap, jangan sampai melewatkan kuliner khasnya. Masyarakat sekitar menawarkan olahan yutuk atau kerap disebut undur-undur laut atau kecoa laut.
“Kalo di sini namanya yutuk, cuma kalau di luar daerah biasanya nyebutnya ada yang coro (kecoa) laut. Soalnya bentuknya kayak coro,” kata Agus (36), salah satu penjual yutuk di pantai setempat, Minggu (8/12/2024).
Agus merupakan penerus generasi neneknya yang sudah berjualan yutuk sejak tahun 2008. Pada tahun 2018 dirinya memutuskan untuk berjualan camilan khas Pantai Widarapayung ini.
Menurut dia, hewan yutuk hanya banyak ditemui di dalam pasir pantai setempat. Nelayan banyak yang berburu yutuk pada malam hari.
Peyek yutuk dijajakan di Pantai Widarapayung, Kabupaten Cilacap, Minggu (8/12/2024). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
|
“Ini memang hewannya kalau ketemu manusia langsung ‘ngurek’ ke dalam pasir. Hewannya pemalu, jadi nelayan lebih mudah menangkap waktu malam hari,” terangnya.
Ia mengatakan hewan ini termasuk musiman. Setiap tiga bulan sekali baru menetas. Namun stoknya selalu ada setiap hari.
“Biasanya musiman. Ini 3 bulanan, kalau sekarang lagi lumayan susah,” jelasnya.
Di pantai lain, khususnya yang berkarang, hewan ini cukup susah ditemui. Selain itu di lokasi yang pasirnya kotor, yutuk tidak akan ditemui.
“Sebenarnya setiap pantai itu ada yang jual, kaya Pantai Jetis. Tapi bahan baku yutuk itu adanya di sini saja. Karena di sini langsung laut lepas, pasirnya masih bersih, kalau di tempat kaya ada karangnya itu nggak ada,” ungkapnya.
Perlu trik sendiri untuk mengolah yutuk agar tidak amis dan bisa tahan lama tanpa bahan pengawet. Sebelum digoreng kering dengan tepung, yutuk ini direbus supaya kotorannya keluar semua.
Agus menata peyek yutuk yang baru dimasak di lapaknya sekitar Pantai Widarapayung, Kabupaten Cilacap, Minggu (8/12/2024). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
|
“Direbus dahulu biar bersih jeroannya. Terus biar awet juga. Bisa kuat sampai 5 hari tanpa bahan pengawet,” ujar dia.
Ia mengaku membeli bahan baku yutuk setiap seminggu sekali. Jumlahnya beragam, namun rata-rata menghabiskan sampai 150 kg.
“Bahan bakunya beli seminggu sekali bisa 150 kg. Ada nelayannya sendiri,” akunya.
Meski begitu, penjualannya tidak tentu. Dagangannya akan laris kalau akhir minggu karena lebih banyak wisatawan. Terlebih pada massa lebaran, dalam sehari ia bisa menjual hingga 80 kg.
“Tidak tentu lah, bisa jual untung Rp 100 ribu perhari. Kadang ada pesanan juga, kalau lebaran itu sehari bisa habis 80 kg,” kata Agus.
Ia menjual 3 macam jenis olahan termasuk peyek udang. Hanya saja camilan khasnya peyek yutuk. Semuanya dibanderol dengan harga Rp 15 ribu.
“Ada peyek yutuk, udang, terus ada juga yutuk krispi isinya 250 gram. Kalo beli 2 bungkus 25. Isinya kalau peyek masing-masing 5 biji,” ujar Agus.
Peyek yutuk dijual Rp 15 ribu per bungkus. Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
|
Ia berjualan setiap hari di Pantai Widarapayung dari pukul 07.00 WIB sampai 18.00 WIB. Dagangannya dijamin selalu baru karena dia langsung memasak di lokasi. Pembeli juga bisa menyaksikan proses memasak.
Rita (34) wisatawan asa Banjarnegara mengatakan sudah kerap membeli peyek yutuk. Setiap kali ke Pantai Widarapayung, peyek yutuk selalu menjadi incaran yang wajib dibeli untuk dibawa pulang.
“Sudah beberapa kali kesini. Selalu beli kalau pulang buat oleh-oleh. Rasanya itu enak gurih, hampir mirip kaya peyek udang, cangkangnya bisa dimakan juga. Bentuknya sih asing ya, kaya kecoa tapi ini lebih tebal dan berisi,” pungkasnya.
Artikel ini sudah tayang di detikjateng dengan judul “Menjajal Peyek Yutuk, Camilan ‘Kecoa Laut’ Khas Widarapayung Cilacap“
(adr/adr)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://food.detik.com/info-kuliner/d-7677714/gurih-renyah-peyek-yutuk-khas-cilacap-yang-dibuat-dari-kecoa-laut