Emporio.my.id-
Meski baru diluncurkan, Sora sudah menuai kritik karena diduga menggunakan video dari YouTube secara ilegal untuk menyempurnakan kemampuan dari Gen AI tersebut.
Setelah bungkam selama setahun, OpenAI baru saja secara resmi mengumumkan kehadiran generator video AI mereka, yakni Sora ke khalayak publik. Aplikasi ini akan semakin meramaikan teknologi ai, terutama dalam kategori generative AI berbasis video.
Beberapa pihak mengatakan bahwa Sora merupakan salah satu Gen AI berbasis video terbaik yang ada di pasaran. Soalnya, aplikasi yang satu ini hadir dengan hasil video yang fotorealistik dengan pemahaman fisika yang mendalam dengan akurasi visual yang tinggi.
Our holiday gift to you: Sora is here. https://t.co/UhdmYuGHtT pic.twitter.com/ljoruQsfO0
— OpenAI (@OpenAI) December 9, 2024
Meski memiliki tingkat realistis yang tinggi, namun beberapa orang masih mencibir Sora. Soalnya, dalam pengembangannya, disebutkan bahwa untuk menyempurnakan Sora, OpenAI menggunakan data video lebih dari satu jam video dari YouTube tanpa izin atau kompensasi kepada kreator yang videonya diambil.
Dilansir dari laman Mashable (10/12), kritik untuk Sora semakin memanas setelah sekelompok seniman, yang sebelumnya menjadi penguji awal Sora, membocorkan kredensial API sebagai bentuk protes atas apa yang mereka sebut sebagai “pencucian seni”.
Menanggapi kontroversi ini, pimpinan produk OpenAI, Rohan Sahai, bersama desainer produk Joey Flynn, menegaskan bahwa Sora dirancang sebagai alat kolaborasi yang memperluas kreativitas pengguna, bukan sebagai pengganti kreator.
Sora kini tersedia di platform mandiri sora.com, dengan antarmuka yang memungkinkan pengguna menjelajahi karya orang lain, melihat metode pembuatannya, atau memulai proyek sendiri. Pengguna dapat membuat video melalui perintah teks sederhana, ekstensi dari video atau gambar, atau menggunakan alat Storyboard yang lebih canggih.
Alat ini memungkinkan pengguna untuk mengatur dan mengedit video melalui bingkai storyboard, dengan fitur seperti potong ulang, remix, loop, dan blend untuk menciptakan transisi halus antar adegan.
Pilihan resolusi video mencapai 1080p dengan durasi hingga 20 detik per klip. Selain itu, Sora menawarkan preset bawaan seperti gaya “stop motion” dan “balloon world” untuk mempercepat proses kreatif.
Storyboard-nya memiliki kemiripan dengan perangkat lunak penyuntingan video tradisional, sehingga mempermudah pengguna dalam merancang video yang kompleks.
OpenAI juga menekankan langkah-langkah keamanan untuk mencegah penyalahgunaan teknologi ini. Setiap video yang dihasilkan dilengkapi dengan tanda air tak terlihat berbasis C2PA, serta tanda air yang terlihat secara default.
Sistem ini dirancang untuk mencegah pembuatan konten merugikan seperti deep fake seksual atau materi pelecehan anak. Selain itu, unggahan video yang melibatkan orang-orang dikenakan batasan ketat untuk mencegah pelanggaran privasi.
Pengguna yang berlangganan layanan ChatGPT Plus dapat membuat hingga 50 video per bulan pada resolusi 480p atau memilih resolusi 720p dengan jumlah video yang lebih sedikit. Sementara itu, pelanggan ChatGPT Pro mendapatkan kuota penggunaan 10 kali lipat lebih banyak, menjadikan alat ini lebih fleksibel untuk kebutuhan profesional.
Meski menawarkan potensi besar bagi industri kreatif, Sora menghadapi tantangan dalam menjawab kritik terkait hak cipta dan dampaknya terhadap para kreator. OpenAI harus berupaya keras untuk menemukan keseimbangan antara inovasi teknologi dan etika dalam pengembangan alat-alat berbasis AI seperti ini.
Nah, bagi sahabat Tek yang ingin mencoba Sora, kalian harus sedikit kecewa nih karena alat yang satu ini baru tersedia di pasar Amerika saja. OpenAI juga masih belum mengumumkan kapan Sora akan tersedia secara global.
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://www.tek.id/tek/peluncuran-sora-milik-openai-diwarnai-kritik-b2kJh9sYD