Nasional

Pendidikan Pancasila Bisa Cegah Radikalisasi

Emporio.my.id-

Pendidikan Pancasila Bisa Cegah Radikalisasi
Ilustrasi.(MI/Seno)

WAKIL Ketua MPR RI dari Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menyampaikan bahwa toleransi, kasih sayang, dan kesejahteraan adalah langkah konkret untuk menangkal radikalisasi. Bagaimana kita menjaga sikap toleransi tidak hanya beragama, berbudaya, tetapi juga berkehidupan. 

Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu. Dan memastikan pembangunan serta peningkatan kesejahteraan merata di seluruh negeri. Hal tersebut disampaikan Ibas dalam acara Sosialisai 4 Pilar Kebangsaan MPR RI dengan tajuk Berbeda Tetap Satu: Perkuat Sosial, Lawan Radikalisme, Kamis (12/12). 

Acara ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia. Hadir pula, M. Syauqillah, Ketua Program Studi Kajian Terorisme, Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia.  “Mengenai Bhinneka Tunggal Ika dan deradikalisasi, ada dua hal yang sangat penting untuk kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Sebagai pimpinan MPR dan wakil rakyat, tentu saya juga ingin menyampaikan bahwa pentingnya 4 pilar kebangsaan dalam kehidupan kita,” ungkap Ibas. 

Ibas kemudian memaparkan pilar-pilar tersebut. “Pancasila sebagai landasan nilai-nilai dasar, Undang-Undang 1945 adalah sebagai dasar hukum yang mengatur bangsa dan negara kita. NKRI sebagai fondasi yang menjaga keutuhan bangsa. Dan Bhinneka Tunggal Ika, seperti Pancasila sebagai The Living Ideology (ideologi yang hidup dalam setiap tekat dan perilaku) dalam menjaga persatuan. Berbeda-beda tetapi tetap satu,” paparnya. 

Ibas kemudian menjelaskan bahwa Konsep Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi satu, menjadi penting dalam memperkuat persatuan bangsa. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, keberagaman ini terkadang bisa menjadi celah yang dimanfaatkan pihak atau kelompok tertentu, untuk menyebarkan ideologi yang radikal, ekstrim, yang bisa merusak kedamaian dan kerukungan sosial. 

“Sehingga tentu pertanyaannya, apa sesungguhnya deradikalisasi? Deradikalisasi adalah sebuah proses yang mengubah pola pikir yang ekstrim menjadi lebih moderat.” kata Ibas. 

Ibas memaparkan bahwa radikalisasi di Indonesia biasanya disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya, adanya ketidakadilan sosial, karena tidak adanya kesetaraan dalam ekonomi. Masuknya faham-faham pengaruh ideologi-ideologi yang ekstrim dengan pemahaman yang salah. Ketidakpuasan dalam sistem politik dan pemerintahan. Dan perbedaan dialog antara bermacam agama. 

Untuk itu, menurut Ibas, diperlukan integrasi Bhinneka Tunggal Ika dalam deradikalisasi, salah satunya dengan membangun kesadaran toleransi. Perbedaan adalah bagian dari kekayaan bangsa. “Kita harus toleran, sesama mahasiswa, sesama kampus, di antara kampus yang lain pun harus toleran. Kita harus tahu bagaimana kita menjaga sikap toleransi tidak hanya beragama, berbudaya, tetapi juga berkehidupan,” ungkap Ibas. 

Dari sisi pendidikan, diperlukan pendidikan berbasis pancasila dan bhinneka tunggal ika. Hal ini berkaitan dengan kesadaran pentingnya menjaga persatuan di tengah perbedaa. Tak kalah penting, diperlukan juga membuka ruang dialog lintas agama dan budaya untuk mengurangi kesalahpahaman. “Agar agama, budaya, berbagai macam tokoh juga dapat memberikan ruang, kesempatan yang tepat dalam berkomunikasi dalam keharmonian,” ujar Ibas. 

Selanjutnya, kita juga perlu memastikan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan merata. “Kita ingin kesempatan pendidikan, kesempatan kesehatan, kesempatan untuk mendapatkan fasilitas publik dari negara harus juga dapat dirasakan oleh semua masyarakat yang ada di Indonesia,” katanya. 

Dari sisi parlemen, Ibas juga menyampaikan bahwa MPR RI sedang memikirkan bagaimana produk-produk pilar-pilar kebangsaan ini menjadi mata pelajaran di sekolah, “Tidak hanya di SD, SMP, dan seterusnya. Dengan cara yang tepat, dengan penyajian yang terukur dan sesuai agar kedepan bangsa kita punya kekokohan dalam pemikiran. Supaya generasi Z, generasi alpha, dan seterusnya juga masih mengetahui dan tahu tentang cita-cita bangsa kita, tentang pilar-pilar kebangsaan kita.” 

Menurut Ibas kita juga perlu untuk mengawal dan mendukung pemerintah dalam menciptakan program pro rakyat berkeadilan. Pemberdayaan ekonomi, peningkatan keterampilan melalui peluang-peluang kerja agar bonus demografi mahasiswa-mahasiswi yang akan menepati ruang-ruang kerja ini juga bisa mendapatkan peluang yang sama, atau setidaknya para mahasiswa-mahasiswi juga memiliki pikiran bagaimana suatu saat juga bisa menciptakan pekerjaan-pekerjaan, lapangan-lapangan pekerjaan.

Ibas kemudian mengajak dengan semangat Pancasila, UUD’45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, kita semua harus berperan aktif, terutama generasi muda. 

“Deradikalisasi yang didasarkan pada prinsip Bhinneka Tunggal Ika akan membantu mengurangi potensi radikalisasi di masyarakat. Dengan demikian, hebatnya negara kita, baiknya negara kita, beruntungnya negara kita, karena kita memiliki empat pilar kebangsaan dan kita semua yang ada di sini, punya peran yang besar, peran yang benar-benar harus kita teruskan.”

“Bagaimana generasi muda kita, anak cucu kita kedepan yang terus menguasai, mahir dalam penggunaan teknologi, atau yang sering kita dengar sebagai digital savvy (kemampuan untuk menggunakan teknologi digital secara efektif dan cerdas) dan punya kemampuan yang dapat terus menciptakan narasi positif, unggul, yang dapat mengurangi atau mengentaskan laju-laju radikalisme di negara Indonesia.”

Mendukung apa yang disampaikan Ibas, M. Syauqillah menyampaikan bahwa saat ini kita harus mendukung kebijakan pemerintah dalam memperkuat langkah strategis mengatasi radikalisme. “Pemerintah terus memperkuat langkah-langkah strategis dalam mengatasi radikalisme yang mengancam ideologi negara. Melalui Prinsip Asca Cita, yang menjadi landasan pemerintahan periode 2024-2029, pemerintah berkomitmen untuk memperkokoh Pancasila sebagai dasar utama dalam melindungi keutuhan bangsa.”

“Langkah ini mencerminkan sinergi antara penguatan nilai-nilai kebangsaan dan penegakan hukum yang efektif, sebagai upaya nyata dalam menjaga stabilitas nasional dan memerangi radikalisme secara menyeluruh dan kita harus mengawal serta mendukung dengan kerjasama,” ungkapnya. 

Di akhir pemaparannya, Ibas mengutip apa yang pernah disampaikan Presiden SBY bahwa perjuangan panjang bangsa ini terasa ringan jika dilakukan bersama-sama. “Mari, satukan langkah demi kemajuan besar kita. Bunga melati, harum mewangi, tumbuh subur di taman surgawi. Empat pilar kita jadikan strategi, bersama kita lawan radikalisasi,” pungkasnya.

Salah satu peserta acara, Maria Anantasya dari Universitas Pertahanan RI menyatakan apresiasi besarnya atas partisipasinya dan teman-temannya dalam acara ini. “Senang sekali, kami sebagai generasi muda dilibatkan dalam sosialisais 4 pilar kebangsaan ini. Apalagi ada Pak Ibas, sehingag kami sangat tertarik mendengarkan materi yang disampaikan. Untuk Mas Ibas terima kasih atas wawasan-wawasan baru yang diberikan pada kami. Semoga sebagai generasi muda, kita bisa berkontribusi,” katanya. (Ykb/I-2)

Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/726031/pendidikan-pancasila-bisa-cegah-radikalisasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *